DiLombok Utara (Bayan), ia dikenal dengan julukan "Pengodong Udang" (penangkap udang) yang hasil tangkapannya dijual oleh Datuq Laut. Ia juga pernah mampir di Dompu (Kemungkinan sebelum gunung Tambora meletus) dan kembali lagi ke Lombok. MAKAM BINTARO: SEJARAH KEDATANGAN PARA HABAIB DI TANAH SASAK. January 9, 2020 January 9, 2020 bp Abstrak Fenomena ziarah makam merupakan tradisi turun-temurun dan sudah berakar kuat di kalangan umat Islam. Meskipun muncul kritik yang mencurigai praktek semacam itu dapat menodai tauhid, tetapi dalam faktanya kegiatan mengunjungi makam-makam tidak pernah pudar sama sekali bahkan cenderung makin ramai terutama setelah terbukti makin keramatnya makam yang diziarahi itu. Penelitian lapangan yang mengambil lokasi pada tiga makam kuno di Lombok ini menyoroti bentuk-bentuk keyakinan dan ritual yang dipraktekkan para peziarah. Kenyataannya, kepercayaan peziarah memang sangatlah mengkeramatkan makam-makam tersebut. Meskipun demikian, kepercayaan tersebut tidaklah tunggal karena sangat tergantung pada pola pikir, pemahaman keagamaan dan tradisi yang melingkupinya. Penelitian ini sampai pada kesimpulan adanya tiga model kategori; kepercayaan yang berbasis pada pola tradisional Islam, kepercayaan mistis yang berbasis pada tradisi, dan kepercayaan yang berdasar pada pemikiran-rasional belaka. Berbagai ragam kepercayaan ini menunjukkan bahwa kita tidak bisa membuat klaim-klaim sepihak kepada para peziarah makam. Kata kunci keramat, makam, ziarah, mistis, tradisi, religius. * Penulis adalah dosen Jurusan Syariah STAIN Mataram, sekaligus sebagai ketua peneliti dengan anggota M. Nur Yasin dan Maimun. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Kekeramatan Makam Ahand Amir Aziz, dkkKEKERAMATAN MAKAM Studi Kepercayaan Masyarakat terhadap Kekeramatan Makam-makam Kuno di Lombok Ahmad Amir Aziz, dkk∗Abstrak Fenomena ziarah makam merupakan tradisi turun-temurun dan sudah berakar kuat di kalangan umat Islam. Meskipun muncul kritik yang mencurigai praktek semacam itu dapat menodai tauhid, tetapi dalam faktanya kegiatan mengunjungi makam-makam tidak pernah pudar sama sekali bahkan cenderung makin ramai terutama setelah terbukti makin keramatnya makam yang diziarahi itu. Penelitian lapangan yang mengambil lokasi pada tiga makam kuno di Lombok ini menyoroti bentuk-bentuk keyakinan dan ritual yang dipraktekkan para peziarah. Kenyataannya, kepercayaan peziarah memang sangatlah mengkeramatkan makam-makam tersebut. Meskipun demikian, kepercayaan tersebut tidaklah tunggal karena sangat tergantung pada pola pikir, pemahaman keagamaan dan tradisi yang melingkupinya. Penelitian ini sampai pada kesimpulan adanya tiga model kategori; kepercayaan yang berbasis pada pola tradisional Islam, kepercayaan mistis yang berbasis pada tradisi, dan kepercayaan yang berdasar pada pemikiran-rasional belaka. Berbagai ragam kepercayaan ini menunjukkan bahwa kita tidak bisa membuat klaim-klaim sepihak kepada para peziarah makam. Kata kunci keramat, makam, ziarah, mistis, tradisi, religius. ∗Penulis adalah dosen Jurusan Syariah STAIN Mataram, sekaligus sebagai ketua peneliti dengan anggota M. Nur Yasin dan Maimun. Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 1, No. 1, Desember 2004 59-77PENDAHULUAN Kenyataan menunjukkan, manusia dan kelompoknya selalu mempunyai kepercayaan tentang adanya wujud yang Maha Tinggi, dan mereka mengembangkan cara tertentu untuk memuja dan menyembah-Nya sebagai bentuk ekspresi ritualnya. Sementara itu Islam hadir dengan membawa misi tauhid,1 suatu kepercayaan yang anti mitologi. Tauhid merupakan inti ajaran Islam yang mengajarkan kepada manusia bagaimana berketuhanan yang benar, dan selanjutnya menuntun manusia untuk berkemanusiaan yang benar. Dalam kehidupan sehari-hari, tauhid menjadi pegangan pokok yang membimbing dan mengarahkan manusia untuk bertindak benar, baik dalam hubungan dengan Allah, dengan sesama maupun dengan alam semesta. Menjalankan konsep tauhid secara benar, akan mengantarkan manusia menuju kebebasan asasi yang paling fundamental. Karena watak dasarnya yang anti mitologi amythical dan anti sakramentalisme,2 maka Islam merupakan agama yang bersifat langsung dan lurus, wajar, alami, sederhana dan mudah dipahami. Justru kualitas-kualitas itulah yang menjadi pangkal vitalitas dan dinamika Islam sehingga memiliki daya sebar sendiri yang sangat Ini juga merupakan penjelasan, mengapa Islam pada awal-awal sejarahnya dengan cepat memperoleh kemenangan spektakuler yang tidak ada bandingannya dalam sejarah perkembangan berikutnya, sebagai dampak proses akulturasi budaya yang tidak bisa dielakkan, perlahan-lahan mainstream utama Islam mulai terdistorsi oleh kepercayaan-kepercayaan tradisional yang lebih dahulu telah berakar-kuat dalam tradisi lokal. Fenomena ini sampai sekarang acapkali terlihat dalam kehidupan keberagamaan kaum awam. Umumnya mereka selalu menghubungkan keyakinan agama dengan kejadian-kejadian supra-natural dari orang-orang yang mereka pandang "suci". Magisme itu timbul karena adanya harapan seseorang akan terjadinya hal-hal luar biasa untuk dirinya atau orang yang dikehendaki, sebagai cara yang tepat untuk memperoleh suatu manfaat semisal kesembuhan, keamanan, kekayaan, dan kekuatan. Pangkal magisme itu adalah 1Tentang prinsip ini al-Qur’an menyebut Allah sampai kali dengan menerangkan keesaaan Tuhan dan mengakhiri dengan keesaan Tuhan pula. Lihat misalnya Qs. al-A’râf 759,65,73,85; Qs. Hûd 1126,50,61, Rippin, Muslims Their Religious Beliefes and Practise New York Routledge, 1991, Arkoun, Rethinking Islam Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1996, Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban Jakarta Paramadina, 1992, xliii. Kekeramatan Makam Ahand Amir Aziz, dkkkepercayaan tentang mukjizat atau karâmah Ind keramat sebab keduanya diakui adanya dalam agama. Menurut Islam, mukjizat hanyalah terjadi pada diri Nabi, sedangkan karomah hanya terjadi pada wali atau orang-orang khusus. Sebagai suatu bentuk kesempurnaan, mukjizat dan karomah berdiri di atas tiga tonggak; pengetahuan al-'Ilm, kemampuan al-Qudrah, dan kemandirian al-Ghinâ. Namun tidak ada yang bisa memiliki ketiganya itu secara sempurna kecuali hanya Allah persoalan problematika keyakinan terhadap kekuatan supra-natural itu muncul. Dalam banyak fakta, masyarakat melihat bahwa orang-orang tertentu dari kalangan mereka dipandang memiliki suatu kelebihan, baik dalam hal penyembuhan atau kemustajabahan do'anya. Maka ketika tokoh-tokoh ini meninggal, makam atau kuburnya selalu ramai dikunjungi orang dari waktu ke waktu. Keyakinan magis-kekeramatan seperti di atas juga mudah dijumpai pada masyarakat Lombok. Secara historis, semenjak Islam masuk ke pulau ini sekitar abad ke-13,6dimana kondisi masyarakat marak dengan keyakinan animisme/dinamisme. Meskipun banyak hal dari keyakinan lama itu berhasil dipupus, kepercayaan kekeramatan pada orang-orang yang dipandang suci tidaklah bisa dihapuskan. Orang-orang yang disucikan itu antara lain adalah tokoh-tokoh sejarah yang telah berjasa dalam penyebaran Islam di Lombok. Sementara sejumlah masjid tua sampai sekarang juga masih dikeramatkan, antara lain adalah masjid tua di Bayan Beleq. Makam-makam yang dikeramatkan antara lain; makan Selaparang di Lombok Timur, makam Ketak dan Wali Nyato’' di Lombok Tengah, makam Loang Baloq dan makam Bintaro di Mataram, makam Mambalan di Gunungsari serta makam Batu Layar di Lombok Barat. Ketiga makam yang disebut terakhir, sampai kini selalu manjadi sasaran kunjungan sejumlah masyarakat. Masyarakat ramai mengunjungi makam-makam tersebut pada hari minggu, hari libur umum, hari besar Islam, hari raya ketopat, dan hari-hari tertentu lainnya. Tradisi ini sudah turun-temurun dalam waktu lama hingga sulit diperkirakan tahun berapa dimulainya. Tujuan para peziarah mendatangi makam-makam tersebut sangat beragam; ada yang karena ingin kesembuhan dari suatu penyakit, keinginan segera menemukan jodoh, berharap mendapat rezeki melimpah, minta laris usaha perdagangan/bisnis, ingin terbebas dari mara bahaya, dan 5Mustofa Hilmi, Ibn Taimiyah wa al-Tasawwuf Iskandariah Dar al-Da'wah, 1982, 40. 6Lihat Fathurrahman Zakaria, Mozaik Budaya Orang Mataram, Mataram Yayasan Sumurmas Al-Hamidi, 1998, 32. Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 1, No. 1, Desember 2004 59-77lainnya. Semua itu mereka lakukan karena keyakinannya akan kekeramatan makam-makam tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas, secara teologis keyakinan-keimanan para peziarah masih ambivalen, campur-aduk, dan tidak murni. Satu sisi mereka menyatakan ketauhidannya secara mutlak akan tetapi di sisi lain mereka menyimpan kepercayaan-kepercayaan tertentu terhadap makam-makam yang dianggap keramat tersebut untuk keberhasilan maksud dan tujuan yang mereka inginkan. Persoalannya adalah bila mereka melakukan ziarah ke makam-makam kuno yang diyakini masyarakat luas sebagai tempat-tempat keramat, maka niatan mereka bisa jadi tetap berada pada garis yang lurus, atau mungkin juga telah terjadi penyimpangan sehingga dapat membahayakan kemurnian tauhid mereka karena dalam ritualnya terjadi tumpang tindih antara hal-hal yang berasal dari religi dan dari tradisi. Berdasarkan fokus masalah tersebut, pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana kharakteristik para peziarah dan apa motivasi mereka mengunjungi makam-makam yang dipandang keramat tersebut? Apa bentuk-bentuk tradisi dan ritual yang dilakukan peziarah dan bagaimana paradigma kepercayaan mereka ? Studi-studi tentang Islam dan pergumulannya dengan budaya lokal termasuk yang berkaitan dengan kepercayaan makam sudah disinggung dan dibahas oleh sejumlah peneliti. Clifford Geertz dalam karyanya, The Religion of Java 1960,7 menemukan praktek keagamaan orang Jawa yang bercampur aduk dengan unsur-unsur tradisional non-Islam, baik dari kaum priyayi, abangan maupun kaum santri. Penelitian antropologi budaya lainnya dilakukan oleh Robert W. Hefner, Hindu Javanese Tengger Tradition and Islam 1985, yang menurutnya, praktek keagamaan orang Tengger cukup banyak yang dipengaruhi oleh unsur Islam. Karya Tashadi, dkk berjudul Budaya Spiritual dalam Situs Keramat di Gunung Kawi Jawa Timur 1994/1995 memperjelas fakta bahwa keyakinan masyarakat terhadap kekeramatan masih sangat kuat, yang mana banyak motivasi yang melatari tradisi ini -meskipun motivasi ekonomi sangat Fox dalam artikelnya berjudul "Ziarah Visit to the Tombs of Wali, the founder of Islam on Java 1991" menyebut, tradisi ziarah ke makam-makam yang dikeramatkan sudah berlangsung lama dilakukan dan dihidup-hidupkan oleh masyarakat Islam Indonesia, baik oleh para tokoh/pemuka, maupun kaum awam. Tradisi ini absah sebagai budaya Islam karena ritual mereka dikawal dengan prosesi yang serba Islami, kecuali beberapa hal yang masih bisa 7Karya ini telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, Jakarta Pustaka Jaya, 1989.8Tashadi, dkk, Budaya Spiritual dalam Situs Keramat di Gunung Kawi Jawa Timur Jakarta Depdikbud, 1994/1995. Kekeramatan Makam Ahand Amir Aziz, dkk Karya lain yang senada ditulis oleh Jamhari, The Meaning Interpreted The Concept of Barakah in Ziarah 2001.10 Studi lapangan di Bayat Klaten Jawa Tengah ini menfokuskan pada pemahaman barokah oleh para peziarah makam Sunan Bayat. Karya-karya di atas menekankan aspek tradisi ziarah yang dipertahankan, segi ritualisme dalam pemujaan makam, dan pemahaman konsep barokah dalam ziarah. Berbeda dengan karya sebelumnya, penelitian ini mengambil bidang khusus yang berhubungan dengan motivasi, kepercayaan-keyakinan serta bentuk ritual yang dipraktekkan oleh para peziarah. Perihal istilah “keramat” sesungguhnya merupakan suatu istilah yang lazim dipakai kalangan masyarakat untuk menyebut hal-hal yang berbau mistis. Terlebih bagi umat Islam yang cukup kaya dengan berbagai pandangan teologis perihal keabsahan suatu karomah. Persoalan kekeramatan ini tidak samata-mata persoalan agama tetapi sekaligus juga berhubungan tradisi dan budaya. Karâmah artinya kemuliaan atau kehormatan dari Allah. Karena karomah merupakan anugerah Ilahi maka klaim kepemilikan manusia tentang hal itu menjadi absurd. Tentang keberadaan berbagai bentuk karomah itu sendiri memang riil dan diakui adanya oleh kalangan luas. Tetapi patut dicatat, sesuatu yang bersifat supra-natural itu ada tiga macam; yang terpuji dalam agama, yang tercela, dan yang netral. Kalau yang netral itu membawa manfaat maka jadilah ia karunia, dan kalau membawa mudharat maka tidak ada gunanya. Dalam hubungan ini Ibnu Taimiyah mengingatkan kita akan pesan yang pernah disampaikan oleh Abu Al-Jauzajani "Jadilah engkau orang yang mencari istiqamah dan janganlah menuntut karomah. Sebab nafsumu mendorongmu mencari karomah, padahal Tuhanmu menginginkan darimu sikap istiqamah".11 Berdasarkan penjelasan tersebut, kepercayaan yang benar tentang kekeramatan hakekatnya tergantung pada otentisitas motivasi yang ada pada diri peziarah. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif-analitis, dan didesain dengan pendekatan kualitatif. Disebut deskriptif, karena ia menggambarkan fenomena apa adanya, perkembangan yang tengah terjadi, trend yang mengemuka, dan pendapat yang muncul, baik yang Fox berjudul "Ziarah Visit to the Tombs of Wali, the founder of Islam on Java" dalam Ricklefs ed, Islam in Indonesian Social Context Melbourne CSEAS Monash University, 1991, "The Meaning Interpreted The Concept of Barakah in Ziarah" in Studia Islamika, Taimiyah, Mukjizat dan Karomah Para Wali Jakarta Pustaka Azzam, 2001, 18. Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 1, No. 1, Desember 2004 59-77berhubungan dengan masa sebelumnya maupun masa pendekatan kualitatif dipakai karena obyek penelitian berupa gejala atau proses yang sulit diangkakan, yang lebih mudah dijelaskan dengan deskripsi kata-kata sehingga dinamikanya dapat ditangkap secara lebih utuh. Selain deskriptif-kualitatif, pendekatan lain yang digunakan adalah antropologis,13karena penelitian ini berusaha memotret apa adanya tentang dimensi-dimensi kepercayaan, keyakinan, ritual, dan tradisi yang telah berlangsung lama dan diikuti banyak orang. Penelitian ini mengambil tiga lokasi makam kuno yang hingga kini selalu ramai dikunjungi masyarakat, yaitu; makam Loang Baloq, Bintaro dan Batu Layar. Subyek penelitian adalah para peziarah di ketiga makam tersebut, para tokoh agama dan anggota masyarakat. Teknik utama pengumpulan data adalah dengan observasi dan wawancara mendalam. Dalam hubungan ini teknik wawancara tak-berstruktur digunakan karena dapat lebih bebas dan leluasa dalam mengungkap keyakinan-keyakinan mereka. Wawancara mendalam diajukan kepada 26 informan, yang mewakili peziarah, penduduk sekitar makam dan juru kunci. Selain itu wawancara tidak mendalam juga dilakukan kepada puluhan orang lainnya untuk kelengkapan data dan sebagai bahan perbandingan. Berdasarkan pengalaman, untuk menggali motivasi peziarah bukan hal mudah. Banyak diantara mereka yang agak tertutup, tidak mau diketahui tujuannya, dan menghindar untuk diwawancarai secara formal. Kendala ini diatasi tim peneliti dengan menggunakan pendekatan persuasif dan pengamatan terlibat atau observasi langsung juga digunakan, untuk melihat dari dekat fakta-fakta dan bentuk-bentuk ritual yang dilakukan para peziarah. Observasi dilangsungkan dalam beberapa tahap. Tahap pertama yakni studi pendahuluan, untuk menelusuri data-data awal. Observasi kedua dilakukan secara full-time yang mana peneliti selama sehari-full berada di lokasi untuk melihat secara komprehensif keberadaan mereka di makam. Hal ini dilakukan intensif setiap hari minggu selama tiga bulan ditambah hari-hari lain ketika dinilai penting. Oberservasi tahap akhir dilakukan untuk mengadakan penajaman data dan cross-check. 12Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial Yogyakarta Gajahmada University Press, 1995, Suparlan, "Penelitian Agama Islam Tinjauan Disiplin Antropologi" dalam Mastuhu dan Deden Ridwan ed, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antar Disiplin Ilmu Jakarta Pusjarlit dan Nuansa, 1998.14Hasan Usman, Metodologi Penelitian Sejarah Jakarta Rajawali, 1986, 82. Kekeramatan Makam Ahand Amir Aziz, dkkData yang diperoleh melalui teknik dokumentasi, wawancara dan obeservasi di atas dibuat pemetaan sesuai pokok masalah yang ada dengan analisis reflektif. Khusus untuk data literer, ia dianalisis dengan metode content analysis, yaitu menjelajahi makna-makna terdalam dari ungkapan teks. Tahap berikutnya menganailis data-data hasil observasi dan wawancara, dengan metode induktif, deduktif dan Ketiga metode ini digunakan secara acak sesuai kebutuhan. HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan makam-makam kuno di Lombok tergolong cukup banyak, yang tersebar tidak hanya di daerah pedalaman tetapi juga di daerah pesisir pantai. Makam-makam tersebut umumnya sudah sangat tua dan berusia ratusan tahun. Oleh masyarakat sekitar diyakini menyimpan banyak misteri dan mempunyai kekeramatan yang handal. Khususnya ketiga makam yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu makam Loang Baloq, Bintaro dan Batu Layar, semuanya menunjukkan kekuatan dahsyat dalam perspektif masyarakat. Berikut disajikan potret ketiga makam tersebut dan bagaimana bentuk kepercayaan dan ritual yang dipraktekkan peziarah. Deskripsi Makam-Makam Kuno Makam Loang Baloq Makam ini16 terletak di Lingkungan Bendega Kelurahan Tanjung Karang Kecamatan Ampenan Kota Mataram. Lokasi makam berada di persis pinggir jalan raya lingkar selatan kota, suatu kawasan pengembangan pemukiman baru dan perkantoran, berjarak sekitar 5 km dari pusat kota Sebelah barat makam merupakan kawasan pantai Tanjung Karang dan tempat tujuan rekreatif masyarakat umum. Sebelah utara adalah kawasan PLTD Ampenan. 15Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung Remaja Rosda Karya, 1989, Baloq merupakan suatu istilah untuk menyebut komplek pamakaman di sini secara umum. Dari bahasa Sasak, Loang artinya lubang dan Baloq berasal dari bebaloq, artinya buaya. Penyebutan nama ini mengingat dahulu kawasan ini merupakan dataran agak rendah, berlubang dan banyak air, sehingga buaya-buaya banyak lalu lalang di sekitarnya. Hal ini maklum karena jarak kawasan ini dengan laut selat Lombok hanya beberapa meter saja, sehingga buaya-buaya sering mondar-mandir di ini -sebelum terealisasi pemekaran- Kota Mataram terbagi menjadi tiga kecamatan, yaitu kecamatan Cakranegara, kecamatan Mataram dan kecamatan Ampenan. Sebelum dibangun jalan raya lingkar selatan kota Mataram, posisi makam berada di tengah aral yang cukup jauh dari pemukiman penduduk dan agak sepi sehingga nuansa mitologisnya makin kental. Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 1, No. 1, Desember 2004 59-77Kesehariannya makam ini dijaga dan dirawat oleh seorang juru kunci. Karena kompleks makam berada di bawah kekuasaan warga lingkungan Bendega, maka juru kunci pun ditunjuk dari dan oleh masyarakat Bendega sendiri. Model penunjukkan adalah berdasarkan mufakat tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh khususnya orang-orang tua. Juru kunci dipilih secara bergantian, sehingga tidak mendasarkan pada sistem warisan atau keturunan. Berdasarkan kesepakatan tidak tertulis masyarakat setempat, juru kunci dipilih bukan dari golongan darah biru, tetapi diambil dari anggota masyarakat yang paling kurang berada status sosial dan ekonomi rendah. Hal ini tentu ada maksud dan tujuan sendiri. Sekarang ini yang menjadi juru kunci adalah bapak Badri, seorang cukup senior kurang lebih berusia 70 tahun. Makam yang dikeramatkan disini adalah makam yang terletak di tengah pohon beringin yang besar-tinggi dan lebat dedaunannya serta banyak akarnya namun akar-akar tersebut tidak sampai menutupi makam. Keberadaan makam ini sudah cukup tua hingga sulit dicari sumber yang dapat memastikan kapan persisnya makam tersebut mulai ada. Mengenai tokoh yang dimakamkan disini, sampai sekarang masih sulit diperoleh data yang valid. Menurut salah satu pendapat, makam ini merupakan makam salah seorang da’i yang turut mengembangkan Islam di Lombok sekitar abad Versi penyebutan nama tokoh di makam ini adalah “Sayyid Ahmad”, “Sayyid Abdurrahman”, “Syekh Wali Sufi”. Yang terakhir tampaknya bukan nama person, tetapi semacam julukan untuk menyebut kualifikasi tokoh termaksud. Syekh’, biasanya sebutan untuk orang keturunan Arab, wali’ menunjukkan kualitas kedekatan seseorang dengan Allah, dan sufi’ menunjukkan orientasi kehidupan keagamaan yang mengarah pada kehidupan spiritual. Itulah makam yang paling awal yang terletak persis di tengah bagian pohon beringin yang besar itu. Yang pasti, pengertian ini di sini menunjuk pengertian tempat berpijak’, artinya bukan jasad tokoh tersebut yang dimakamkan di sini. Jadi makam di sini hanya sebagai 18Da’i tersebut merupakan pelanjut Walisongo yang menjalankan misi menyebarkan Islam ke wilayah timur. Lihat Monografi Daerah Nusa Tenggara Barat, Jilid I, Jakarta Depdikbud, 1977, 33. Bukti-buktinya antara lain a Dua kalimat sahadat yang diartikan dalam bahasa Jawa, sering dipergunakan dalam upacara pernikahan. Terjemahan sahadat tersebut yakni Weru Insun Nora Ana Pangeran Liane Allah, Lan Weruh Insun Setuhune Nabi Muhammad Utusan Allah.b Adanya tulisan sastra yang memakai daun lontar, berhuruf dan berbahasa Jawa yang berisi yang berisi ajaran kekebalan, tasawuf dan fiqih. c Adanya seperangkat gamelan sebagai instrumen pengiring kesenian tradisional Sasak yang sering dipergunakan dalam upacara Maulid Nabi mirip acara sekatenan Yogyakarta. d Adanya sebutan prabot-prabot agama yang diambil dari dari bahasa Jawa, seperti ketib orang yang membaca khutbah pada sholat Ied, muadzin tukang azan, dan lebe orang yang menikahkan orang dan memimpin do’a. Kekeramatan Makam Ahand Amir Aziz, dkktanda, bahwa dahulu sang tokoh pernah bersemedi dan lalu menghilang di kawasan ini. Sementara di bagian barat juga ada satu makam, yang mana ukurannya agak kecil. Makam ini keberadaannya lebih kemudian dari pada makam utama yang ada di tengah. Menurut Badri,19makam ini dikenal dengan “Makam Anak Tiwu” anak yatim.20Kapan dan siapa anak yang dimaksud, sulit diperoleh penjelasan lebih lanjut. Bahkan masyarakat dan peziarah pada umumnya banyak yang tidak tahu. Adapun makam terpisah yang dibangun di sebelah barat diyakini sebagai makam “Datu Laut” Raja Laut. Menurut keyakinan masyarakat setempat, makam ini juga memiliki kekeramatan sendiri khususnya bagi para nelayan, yaitu apabila mereka menemui kesulitan saat berlayar mencari ikan di tengah laut semisal terkena deburan ombak atau angin kencang yang mengancam keselamatan jiwa, lalu mereka memohon kepada Allah agar diselamatkan dan berjanji nantinya akan mengunjungi makam Datu Laut, niscaya segera datang pertolongan dan keadaan perlahan membaik sehingga mereka bisa pulang dengan di sekitar makam meliputi antara lain 2 unit bangunan tempat dzikir, sumur dan MCK, serta 4 buah berugaq. Tidak ada mushalla di komplek ini sehingga kalau diantara peziarah hendak melakukan shalat, mereka biasanya memanfaatkan berugaq. Sedangkan bila berugaq tidak sedang dipakai shalat, umumnya dipakai untuk makan bersama oleh suatu keluarga atau anggota rombongan pengunjung. Pemandangan yang sekarang bisa kita lihat bahwa di pohon beringin sangat banyak bekas-bekas ikatan di pohon yang dibuat oleh peziarah. Kapan mulainya ikatan-ikatan itu dibuat orang, sulit ditelusuri kepastiannya. Karena sudah menjadi kepercayaan sebagian peziarah, salah satu ritualnya adalah setiap peziarah yang mempunyai hajat tertentu membuat ikatan di pohon itu baik dari plastik, benang, rafia, sobekan kain atau maupun lainnya, sambil berjanji bila hajatnya suatu kali telah terkabul mereka akan berziarah ke makam ini lagi dan melepas ikatan tali yang pernah diikatnya tersebut. Jumlah ikatan yang dibuat oleh para peziarah tidak bisa dihitung jumlahnya, sebegitu banyak sehingga mengganggu kebersihan lokasi dan keindahan pohon. 19Dia adalah juru kunci sekarang ini, sebagai pelanjut dari juru kunci sebelumnya. Meskipun demikian, jabatan ini bukan keturunan, tetapi dipilih oleh tokoh agama dan masyarakat setempat. Jika di tempat lain, biasanya dipegang oleh yang yang terpandang, maka di sini justru dipercayakan kepada orang-orang kelas bawah’ yang patut diperhatikan dengan tanggal 2 September 2003 di makam Loang dengan Sukriadi tanggal 30 Nopember 2003 di makam Loang Baloq. Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 1, No. 1, Desember 2004 59-77Makam Bintaro Lokasinya terletak di Bintaro Pondokperasi Ampenan Utara kota Mataram. Makam ini sebenarnya merupakan komplek pemakaman umum, yang mana warga sekitar selalu mengebumikan jenazah di pemakaman ini. Di sebelah selatan makam ini adalah komplek pemakaman warga keturunan Cina. Sebelah barat adalah selat Lombok, sedangkan sebelah utara sudah masuk wilayah Lombok Barat dan sebelah timur Bintaro merupakan tanah kawasan Bandara Selaparang. Kalangan keturunan Arab sangat banyak yang dimakamkan di sini. Dari tulisan yang tertera pada batu nisan, marga-marga Arab yang dimakamkan antara lain Al-Idrus, Al-Jufri, Assegaf, Bagis, Al-Kaff, Sahab, Al-Syatri, Aqil, Habsyi, dan lainnya. Selain masyarakat awam, ada beberapa makam yang dikeramatkan, khususnya 3 makam tua yang berada di satu komplek bangunan. Menurut sumber setempat, makam tersebut merupakan orang penting yang berjasa dalam penyiaran dan penyebaran agama Islam di Lombok. Ketiga makam tersebut diperlakukan secara berbeda dibandingkan dengan makam lain, paling tidak selalu ada kelambu. Menurut juru kunci, ketiga tokoh tersebut adalah Sayyid Abdullah Al-Badawi makam paling timur, Syarifah Zahrah Al-Habsyi makam sebelah barat, Sayyid Ahmad bin Husein Mulachela makam sebelah utara. Nama-nama ini diperoleh dari juru kunci makam sekarang ini, yang mana ia mengetahui informasi nama-nama tersebut dari Mereka adalah tokoh-tokoh yang berperan dalam penyebaran dan pengembangan Islam di Lombok. Ketiga makam inilah yang selalu dituju oleh para peziarah yang datang dari berbagai penjuru. Ketiga makam utama ini berada di satu komplek bangunan yang berukuran 9 X 10 meter. Selain ketiga makam, masih ada sejumlah makam di dalam bangunan tersebut, hanya saja sulit diperoleh informasi nama-nama yang dimakamkan tersebut. Besar kemungkinan, mereka adalah orang-orang tempo dulu yang cukup berjasa bagi masyrakat setempat. Di luar bangunan merupakan pemakaman umum, dan diantara semuanya, ada satu makam yang juga dikeramatkan oleh masyarakat, yaitu makam Saleh Sungkar. Makam ini terletak di sebelah selatan bangunan tersebut, kurang lebih berjarak 10 meter. Saleh Sungkar bukanlah tokoh klasik, karena meninggalnya sekitar 50 tahun yang lalu. Ia adalah keturunan Arab Salatiga Jawa Tengah, dikenal sebagai aktifis dan politisi yang populis. Ia pernah memimpin Persatuan Arab Indonesia PAI di Lombok. Ia termasuk politisi yang disegani, karena ia berani menempatkan orang-orang pribumi duduk di lembaga wakil rakyat saat itu, bahkan ia termasuk orang penting dalam membenahi pemerintahan republik yang baru 22Wawancara dengan H. Ali Bahweres, tanggal 8 Desember 2003 di Bintaro. Kekeramatan Makam Ahand Amir Aziz, dkkmerdeka di Lombok. Ia tergolong orang idealis dalam memperjuangkan nasib rakyat, dan itu kemudian menyebabkannya diculik dan kemudian dibunuh. 23Juru kunci makam Bintaro sekarang ini adalah H. Ali Bahweres. Ia sudah cukup lama menjabat sebagai juru kunci, yang mana masa-masa sebelumnya selalu dipegang oleh orang tua dan pendahulunya. Status juru kunci ini hampir selalu dipegang oleh orang dalam keluarganya, dan inilah yang terjadi sejak dulu secara turun temurun. Ia berada pada garis keturunan kelima yang bertugas menjaga makam ini. Berturut-turut adalah Salim Bahweres, Karomah Bahweres, Abdullah Bahweres, Mohammad Bahweres dan Ali makam ini dilakukan oleh juru kunci makam dan tokoh masyarakat setempat. Hasil kotak amal setiap bulan dibukukan dan selanjutnya dipergunakan untuk biaya perawatan makam, listrik dan kebutuhan lainnya. Mengingat jumlah dana yang terbatas, dalam bulan puasa baru lalu, komplek makam diperbaiki oleh pemerintah, yaitu berupa pembangunan ruas jalan menuju makam dalam bentuk papin blok. Selain itu, bangunan komplek makam utama kini juga sudah beralas keramik yang mana sebelumnya hanya berlantai semen. Makam Batu Layar Makam ini terletak di desa Batu Layar kecamatan Batu Layar Kab. Lombok Barat, sekitar 15 km arah utara kota Mataram. Komplek makam ini berhadapan langsung dengan pantai sehingga mengundang daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Posisinya agak menjorok keluar dan persis berada di tikungan jalan menuju Senggigi, kawasan utama pariwisata Lombok. Luas kompleks makam ini sekitar 1,5 hektare, dimana menjadi sentra pemakaman umum masyarakat desa Batu Layar. Posisi makam berada di 23Ketika lembaga wakil rakyat baru terbentuk, Saleh merencanakan sidang wakil rakyat yang dianggap sebagai jalan keluar untuk mengentaskan rakyat Lombok. Sidang antara lain mengagendakan mendesaknya penghentikan kegiatan perjudian yang saat itu sedang marak, juga mendesak para pedagang -terutama pada keturunan Tionghoa- agar menghentikan penimbunan barang yang hanya menguntungkan kelompok kecil tapi menyengsarakan rakyat banyak. Saleh juga mengecam kalangan bangsawan yang dikenal sebagai tuan tanah yang feodalistis. Karena sikapnya itulah ia diculik sekelompok orang, konon dari kalangan oknum militer yang disuruh pejabat dan lawan-lawan politiknya. Setelah diculik, ia dihajar dan dibunuh, mayatnya lalu dibuang. Kejadian ini terjadi tahun 1952. Sekitar satu bulan kemudian mayatnya ditemukan dalam keadaan hancur, lalu tulang belulangnya di makamkan di komplek pemakaman Bintaro. Selain di Bintaro, di tempat lain juga ada makamnya mengingat kondisi jenazahnya terpisah menjadi beberapa bagian. Lihat Tabloid Kilas, “Nasib Tragis dan Kisah Cinta Saleh Sungkar”, Nomor 10/Tahun I/Juli-Agustus 2003, hal. dengan H. Ali Bahweres, tanggal 8 Desember 2003 di Bintaro. Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 1, No. 1, Desember 2004 59-77ketinggian sekitar 20 meter di atas permukaan air laut dan jaraknya hanya beberapa meter dari pantai. Bentuk komplek pemakaman ini bila dilihat dari atas persis seperti ujung kapal layar, sementara tanah sekitarnya banyak terdiri dari bebatuan. Kondisi makam masih baik, berada di dalam sebuah bangunan rumah berukuran 5 X 6 m, sedangkan makam berada di tengah-tengah bangunan dengan ukuran makam 2 x 2,5 m. Di atas makam terdapat dua buah nisan yang terbuat dari batu dan di pinggiran makam diberi kelambu atau tirai berwarna putih setinggi kurang lebih 1,5 m dengan kondisi tirai sudah agak rusak dan warnanya sudah memudar. Di dalam bangunan inilah seluruh peziarah melaksanakan ritualnya, sehingga bila pengunjung padat, tempat ini menjadi sesak. Makam ini kesehariannya dijaga dan dirawat oleh juru kunci, yaitu H. Mustofa 64 tahun. Ia menjadi juru kunci sejak tahun 1975 sampai sekarang, suatu masa yang cukup lama. Juru kunci sebelumnya adalah orang tuanya sendiri, atau dengan kata lain ia menjadi juru kunci berdasarkan sistem turun temurun. Pada kurun sebelumnya Nenek H. Mustofa ini juga menjadi orang kepercayaan untuk menjaga makam ini, dan karena itu jenazahnya juga dikebumikan di komplek makam ini, pada posisi agak bawah di luar bangunan utama makam yang dikeramatkan berbagai sumber, tokoh yang dikeramatkan di makam ini adalah Sayyid Duhri Al-Haddad Al-Hadrami. Tetapi bukan jasadnya yang dimakamkan, jadi makam di sini hanya menunjuk tempat dimana beliau pernah singgah di tempat ini. Beliau adalah seorang tokoh penyebar agama Islam dan pernah tinggal di Lombok ini namun tidak dalam waktu lama. Beliau kemudian melanjutkan perjalanannya untuk melanjutkan misinya. Tahun tinggalnya tokoh tersebut di Lombok dan berapa lama sulit diperoleh kepastiannya mengingat sudah sangat lama. Bahkan masyarakat sekitar dan para peziarah tidak banyak tahu perihal nama dari tokoh tersebut. Umumnya mereka hanya mengenalnya sebagai makam waliyullah yang datang dari Baghdad. Selain makam utama, di bagian belakang ada juga makam yang dikeramatkan, dimana masyarakat setempat menyebut dengan makam “Lebai Sandar”.2625Wawancara tanggal 3 Desember 2003 di makam Batu Layar. 26Wawancara dengan Gunawan, tanggal 8 Desember 2003 di Mataram. Tentang Lebai Sandar ini sulit diperoleh sumber informasi yang dapat menggambarkan keberadaan tokoh ini. Sebagian meyebut Lebai Sandar adalah sebutan atau nama lain dari Sayyid Duhri Al-Haddad. Sampai sekarang ini di Ampenan ada suatu masjid yang dinamakan dengan “Masjid Lebai Sandar” yang makamnya di Batu Layar. Berbagai mitos kekeramatan yang dimilikinya berkembang luas di masyarakat. Kekeramatan Makam Ahand Amir Aziz, dkkKarekteristik Pengunjung dan Motivasi Ziarah Ketiga makam tersebut selalu ramai dikunjungi masyarakat. Hari-hari biasa selalu saja ada peziarah yang datang, meskipun yang paling ramai adalah hari minggu. Setiap hari Minggu, makam-makam tersebut ramai dikunjungi masyarakat dari seluruh penjuru Pulau Lombok, bahkan juga dari daerah lain. Mereka umumnya datang secara berombongan dengan mencarter kendaraan umum. Bulan-bulan yang ramai kunjungan adalah Rajab, Sya’ban dan Maulud, serta menjelang keberangkatan haji. Seminggu setelah hari raya Idul Fitri juga merupakan hari-hari yang sangat ramai. Jumlah pengunjung pada hari-hari biasa, selain hari minggu, tidaklah terlalu banyak. Jika dibuat rata-rata, kurang lebih sekitar 50-an orang per hari. Tetapi jumlah itu meningkat jauh pada saat hari minggu, kurang lebih sekitar 500 s/d 750 orang. Pada hari-hari tertentu peziarah sangat banyak dan membludak, terlebih lagi pada saat lebaran topat. Kawasan Batu Layar setiap tahunnya menjadi pusat perayaan lebaran topat di Lombok. Pada hari lebaran ke-8 tersebut, selama satu hari penuh, kawasan Batu Layar dipenuhi lautan manusia dari berbagai kawasan Lombok khususnya dari kota Mataram dan Lombok Barat. Sejak beberapa tahun terakhir, bahkan dijadikan ajang pengembangan pengembangan pariwisata pemda setempat. Adapun yang paling ramai adalah saat masa lebaran ketupat, dimana para peziarah mencapai ribuan pengunjung ini dapat dilihat dari beberapa segi. Umur peziarah berusia 31-45 tahun 40%, 16-30 tahun 30%, 0-15 tahun 17,5%, 46 tahun ke atas 12,5%. Profesi peziarah petani/buruh tani 25%, nelayan 20%, wiraswata/pedagang 20%, sektor informal 10%, ustadz/pekerja sosial keagamaan 10%, PNS 5%, lainnya 10%. Asal daerah peziarah Pulau Lombok 75%, Pulau Sumbawa 15%, luar NTB 10%. Kebanyakan peziarah yakin bahwa dengan mendatangi makam-makam tersebut mereka akan mendapatkan berkah atau keberuntungan sesuai yang dihajatkan. Mereka yang mengunjungi makam pada umumnya telah dilandasi dengan niat dan tujuan yang didorong oleh kemauan batin yang mantap. Masing-masing mempunyai motivasi yang belum tentu sama. Secara umum, motivasi ziarah ke ketiga makam tersebut sesungguhnya hampir sama, yaitu seputar untuk mendapat keselamatan, kesehatan, keberkahan, kesembuhan, ungkapan syukur, kemudahan rizki, jodoh, dan nasib baik. Meskipun demikian, masing-masing makam memiliki daya tarik sendiri, yang mana hal ini terkait juga dengan 27Angka ini diolah dari hasil observasi selama penelitian berlangsung dan hasil wawancara dengan pedagang sekitar makam mengingat tidak ada data otentik daftar pengunjung makam. Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 1, No. 1, Desember 2004 59-77kecocokan para peziarah terhadap makam yang diyakini keramat tersebut. Tidak sedikit ditemukan bahwa motivasi para peziarah tidaklah tunggal, misalnya karena keinginan untuk sembuh saja, tetapi biasanya termasuk keinginan banyak rizki, kesehatan, dan lain sebagainya. Bila dirinci secara detail, tujuan dan motivasi yang beragam tersebut selengkapnya adalah seperti tabel berikut; Tabel 1 Tujuan dan Motivasi Ziarah N0 TUJUAN DAN MOTIVASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Syukuran secara umum Sebagai bagian rutinitas keagamaan Bayar/memenuhi nazar Ngurisang cukuran anak Kelancaran rizki, usaha, panen Segera mendapatkan jodoh Ekspresi kecintaan/kebaktian pada tokoh Do’a keselamatan dan kesehatan Sembuh dari sakit minta kesembuhan Do’a menjelang keberangkatan haji Memperoleh barâkah Mencari nasib baik Mencari pusaka/benda keramat, ilmu tertentu Ingin mendapatkan anak laki-laki/perempuan Supaya anaknya pintar dan tidak nakal Menambah semangat beribadah taqarrub Ikut-ikutan, diajak keluarga/teman Sekedar mampir rasa ingin tahu Kunjungan masyarakat ke berbagai makam selalu disertai dengan tradisi dan ritual tertentu sesuai dengan kebiasaan masing-masing. Model ritual ini terkadang sangat mencolok berbeda antara satu orang dengan orang lain atau satu rombongan dengan rombongan lainnya. Semuanya tergantung pada kebiasaan secara turun temurun atau keyakinan yang pada pada masing-masing pihak. Selain dari itu, di ketiga makam yang menjadi obyek penelitian, meskipun sejumlah bentuk ritual dilakukan sama tetapi ada hal-hal tertentu yang membuatnya berbeda, terutama karena ada ciri khusus yang ada di sekitar komplek makam-makam tersebut. Hal inilah yang mempengaruhi ekspresi masyarakat dalam melakukan berbagai acara dan ritual. Banyak ritual yang disemangati oleh ajaran Ulama, namun tidak sedikit yang merupakan warisan leluhur adat yang terwarisi secara turun temurun. Bahkan, hingga taraf tertentu Kekeramatan Makam Ahand Amir Aziz, dkkada ritual yang tidak jelas asal usulnya dan kapan dimulainya, dan anehnya, masih dilangsungkan secara massif. Contohnya adalah membuat ikatan di pohon yang banyak terjadi di makam Loang Baloq. Secara umum bentuk-bentuk ritual para peziarah dapat dilihat dari tabel berikut; Tabel 2 Bentuk Ritualisme Peziarah LOKASI N0 BENTUK RITUALISME LB B BL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Tabur kembang nyekar Menaruh sesaji Usap wajah/kepala dengan air Menaruh air di makam dan membawa pulang Membuat ikatan di pohon Potong kambing Membuat tulisan/buhul di kelambu Ngurisan/srakalan Dzikir dan tahlil Bertapa/menjalankan amalan’ Syukuran makan-makan Mengisi kotak amal Membawa pulang sejimpit tanah Minta doa juru kunci Mengikat uang di kelambu X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X Ramainya para pengunjung ke makam-makam tersebut menunjukkan bahwa masyarakat mempunyai kepercayaan khusus. Kepercayaan itu biasanya berpangkal dari keyakinan tentang kekeramatan karâmah dari pribadi yang dimakamkan. Seperti kata Geertz, agama merupakan sebuah sistem kebudayaan, karena itu agama berpusat pada pikiran dan perasaan manusia yang selanjutnya dijadikan acuan melakukan tindakan, juga untuk menafsirkan realitas yang dalam Islam, tradisi ziarah kubur pernah dilarang oleh Rasulullah saw sebagai tindakan yang tidak benar dan membahayakan aqidah. Larangan itu sebenarnya bersifat sementara, tidak mutlak atau final, karena Rasulullah melihat sisi manfaat/kemaslahatan dan mudlarat atau bahayanya. Tetapi kemudian pada akhirnya beliau membolehkan ziarah kubur itu 28Clifford Geertz, The Interpretation of Culture, New York Basic Book Inc Publisher, 1973, 100-102. Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 1, No. 1, Desember 2004 Ada beberapa alasan dan hikmah penting yang dapat ditelusuri 1 penegasan bahwa kematian hanyalah suatu proses menuju kehidupan baru yang lebih abadi, 2 hubungan antara yang hidup dan yang meninggal masih dapat dilanjutkan meskipun polanya tidak sama seperti pola hubungan horizontal ketika manusia sama-sama masih hidup. Pola Kepercayaan Masyarakat Tentang system kepercayaan kekeramatan para peziarah, berdasarkan temuan-temuan dalam studi ini, dapat ditipologikan ke dalam tiga kelompok. Pertama, tradisionalisme Islam. Dalam hubungan ini, mereka mengakui pentingnya intensitas hubungan dan kontak spiritual dari orang yang masih hidup kepada mereka yang sudah Bagi kalangan peziarah dalam aliran ini, sistem kepercayaan yang diyakininya adalah bahwa yang dilakukan di makam ini adalah mendo’akan kepada arwah yang dimakamkan di sini. Tokoh yang dimakamkan patut didatangi kubur/makamnya karena mereka adalah Ulama bahkan wali yang memiliki kedekatan hubungan dengan Allah dan mereka juga memiliki jasa besar dalam pengembangan Islam. Inilah argumentasi pokok dari keyakinan kepercayaan mereka. Sebagian lain menegaskan, kepercayaan yang mereka anut bahwa orang yang masih hidup perlu menunjukkan bukti kebaktian, penghormatan dan kecintaan kepada mereka yang sudah meninggal. Pola kepercayaan peziarah lainnya dapat disebut sebagai model kepercayaan mistis. Ciri kepercayaan ini menekankan aspek kekayaan bathin dan kekuatan supra dengan tanpa didasari alur logika. Sebagai contoh, prilaku peziarah yang mengkultuskan makam dengan cara membuat tali/simpul/buhul yang diyakininya sebagai syarat terkabulnya permohonan sesungguhnya merupakan gambaran/potret kepercayaan yang berbau mistis. Ikatan yang dibuat dimaksudkan sebagai tanda bahwa seseorang talah hadir di makam dan menyatakan permohonannya. Model ini seperti halnya kepercayaan kuno dalam komunikasi antara manusia dengan dewa. 29Dalam suatu hadis, Rasulullah bersabda yang artinya “Dahulu aku telah melarang kalian berziarah kubur, maka sekarang berziarahlah kalian, karena ziarah kubur itu dapat berzuhud kepada dunia serta dapat mengingatkan alam akhirat”. HR. Ibn Majah.30Referensi yang bisa dijadikan bacaan untuk hal ini antara lain; Muhammad al-Maliki al-Hasani, Mafâhim Yajîb an Tushahhah, diterjemahkan menjadi Meluruskan Kesalahpahaman seputar Bid’ah Syafa’at Takfir Tasawuf Tawassul dan Ta’dzim, oleh Tarmana Abdul Qasim Bandung Rosda, 2001. Terbitan edisi Indonesia ini terdiri dari dua seri; Ali bn Nafayyi al-Alyani, Mencari Berkah Antara Yang Disyariatkan dan Yang Dilarang, Jakarta al-Qalam, 2002; KH Siradjuddin Abbas, 40 Masalah Agama I Jakarta Pustaka Tarbiyah, cet ke-30, 2000. Kekeramatan Makam Ahand Amir Aziz, dkkDalam perspektif teologi tradisional, model kepercayaan ini patut dipandang -atau mendekati ke arah- Pola hubungan kepada yang Maha Kuasa tidak bersifat vertikal-langsung tetapi masih memerlukan instrumen yang dianggap niscaya. Jika ditelaah berdasarkan perspektif antropologis, kepercayaan semacam ini mewakili pola kepercayaan dimana komunikasi verbal belum dianggap tidak cukup untuk menyatakan kehendak manusia kepada yang Maha Kuasa. Dalam perspektif sosiologis, masyarakat semacam ini mewakili tipe pertama dari tiga model masyarakat, yaitu masyarakat primitif/terbelakang, masyarakat pra-industri, dan masyarakat kepercayaan ketiga, dapat disebut sebagai pola kepercayaan rasional. Model ini dianut oleh para peziarah yang memandang kekeramatan makam sebagai hal yang biasa, bukan luar biasa, yang mana kita cukup menghormatinya saja dengan penghormatan yang wajar tanpa melibatkan emosi keagamaan yang berlebihan. Kelompok ini sama sekali tidak meyakini makam-makam dan berbagai instrumen kekeramatannya sebagai benar-benar manjur misalnya untuk penyembuhan penyakit dan sarana mempercepat terkabulnya keinginan, namun hanya sebagai symbol belaka yang mana fungsinya hanyalah sebatas sebagai sugesti. Bagi kalangan ini, yang membuat do’a terkabul adalah usaha yang dilakukan. SIMPULAN Berdasarkan uraian terdahulu dapat disimpulkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap kekeramatan makam tidaklah bersifat tunggal. Banyak motivasi dan tujuan yang diinginkan oleh masing-masing peziarah, sesuai dengan niatan paling dalamnya. Bagi yang secara jelas menyatakan motivasinya, dapat dikategorikan ada kepercayaan yang berbasis pada pola tradisional Islam, ada yang banyak terpengaruh oleh kepercayaan mistis yang berbasis pada tradisi, dan ada yang meyakininya secara rasional belaka. Aneka pola kepercayaan ini menunjukkan bahwa kita tidak bisa membuat generalisasi atau klaim-klaim tertentu kepada para peziarah makam. Sebagai studi awal yang menggabungkan pendekatan keislaman dengan antropologi, hasil penelitian ini diakui belum maksimal, atau baru pada taraf rintisan. Oleh karena itu bagi kalangan akademis, hasil penelitian ini dapat ditindaklanjuti dengan studi keislaman berbasis antropologi secara lebih spefisik sehingga dapat menghasilkan potret baru yang menggabungkan kedua 31Lihat Muhammad bin Abdurrahman al-Khumayyis, Syirik dan Sebabnya Jakarta Gema Insani Press, 1994.32Tentang pembedaan semacam ini lihat Wilson, Logan dan William L. Kolb, Sosiological Analysis New York Harcout, 1949, 344. Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 1, No. 1, Desember 2004 59-77pendekatan dimaksud sehingga hasilnya bisa lebih tepat dan akurat untuk menggambarkan keyakinan dan ritual yang hingga kini masih dominan dalam masyarakat Lombok. DAFTAR PUSTAKA Abbas, Sirojuddin, 40 Masalah Agama I, Pustaka Tarbiyah, Jakarta, cet ke-30, 2000. Abdullah, Taufik, dan M. Rusli Karim ed, Metodologi Penelitian Agama Yogyakarta Tiara Wacana, 1991. Al-Alyani, Ali bin Nafayyi, Mencari Berkah antara Yang Disyari’atkan dan Yang Dilarang Jakarta Al-Qalam, 2002. Al-Hasani, Muhammad Al-Maliki, Meluruskan Kesalahpahaman seputar Bid’ah Syafaat Takfir Tasawuf Tawassul dan Ta’dzim Bandung Rosda, 2001. Al-Khumayyis, Muhammad bin Abdurrahman, Syirik dan Sebabnya Jakarta Gema Insani Press, 1994. Arkoun, Mohammed, Rethinking Islam Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1996. Azra, Azyumardi, Konteks Berteologi di Indonesia Jakarta Paramadina, 1999. Budiwanti, Erni, Islam Sasak Wetu Telu versus Waktu Lima Yogyakarta LkiS, 2000. Geertz, Clifford, Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, Jakarta Pustaka Jaya, 1989. Hasyim, Umar, Memburu Wangsit dan Suara dari Kubur Surabaya Bina Ilmu, 1984. Jamhari, "The Meaning Interpreted The Concept of Barakah in Ziarah" in Studia Islamika, Jakarta PPIM IAIN Syarif Hidayatullah, 2001. Koentjaraningrat, Ilmu Antropologi, Jakarta Bharata, 1988. Madjid, Nuscholish, Islam Doktrin dan Peradaban Jakarta Paramadina, 1992. Mangunwijaya, dkk., Spiritualitas BaruAgama dan Aspirasi Rakyat Yogyakarta Dian/Interfidei, 1994. Morris, Brian, Anthropological Studies of Religions Cambridge Cambridge University Press, 1987. Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif Yogyakarta Rake Sarasin, 1996. Muhaimin AG., Islam dalam Bingkai Budaya Lokal Potret dari Cirebon, Logos, Jakarta, 2001. Munawar-Rachman ed, Budi, Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah Jakarta Paramadina, 1995. Nottingham, Elizabenth K., Agama dan Masyarakat Suatu Pengantar Sosiologi Jakarta Rajawali, 2002. Kekeramatan Makam Ahand Amir Aziz, dkkQardhawi, Yusuf, Wangsit Kasyaf Mimpi Jimat Perdukunan dan Pengobatan Spiritual dalam Tinjauan Islam Jakarta Robbani Press, 1998. Rippin, Andrew, Muslims Their Religious Beliefes and Practise New York Routledge, 1991. Robertson ed, Roland, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis Jakarta Rajawali Press, 1988. Simuh, Sufisme Jawa Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa Yogyakarta Bentang Budaya, 1995. Subhani, Tawasul, Tabarruk, Ziarah Kubur, Karamah Wali, Termasuk ajaran Islam Kritik atas Faham Wahabi Jakarta Pustaka Al-Hidayah, 1989. Taimiyah, Ibnu, Mukjizat dan Karomah para Wali Jakarta Pustaka Azzam, 2001. _______, Istighatsah dalam Timbangan Al-Qur’an dan Sunnah Jakarta Darul Haq, 2002. Tashadi, dkk, Budaya Spiritual dalam situs Keramat di Gunung Kawi Jawa Timur Jakarta Departemen Kebudayaan RI, 1994/1995. Woodward, Mark R., Islam Jawa Kesalehan Normatif Versus Kebatinan Yogyakarta LkiS, 1985. Zakaria, Fathurrahman, Mozaik Budaya Orang Mataram Mataram Yayasan Sumurmas Al-Hamidi, 1998. Jamal MirdadHelmina HelminaIril AdmizalArtikel ini mengkaji tentang aktivitas dan motif penziarah pada upacara Tradisi Ziarah Kubur di Makam Puyang Muaro Danau, Mande Rubiah dan Syekh Burhanuddin. Tradisi ziarah kubur merupakan tradisi yang sudah lama muncul, bahkan indikasi tradisi ini sudah ada sebelum kedatangan Islam. Meskipun era dan zaman telah berubah, tradisi ziarah kubur ini tidak dikikis oleh perkembangan zaman, minat dan niat penziarah untuk mengunjungi makam-makam yang ada tetap berkelanjut bahkan semakin ramai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode lapangan field research dengan pendekatan kualitatif-deskriptif, alat pengumpul datanya adalah observasi partisipasi, wawancara dan studi dokumen. Dengan temuan bahwa tradisi ziarah kubur baik ativitas maupun motif dari penziarah ke beberapa makam ditemukan BadarudinAbdul Hafiz Abdul RasyadRizkah RizkahThis study focused on examining mythology and history of tomb for a person who was considered sacred by the society. The sacred tomb is the place where person factually buried or the last location seen by others according to the local people beliefs of a past figure based on the relationships of ancestral, great name, extraordinary advantages, historical traces, his services, and values and traditions inherited by the figure which is believed by the most people to grant the wishes. The sacred tomb is the tomb of a figure in the past such as wali Allah, king, and so on. The purpose of this study was to know the history of the tomb of Ramban Biaq in East Lombok, to understand the people perception of the tomb of Ramban Biaq, to know the factors influencing people to make a pilgrimage to the tomb of Ramban Biaq, and to understand the procedures of pilgrimage to the tomb of Ramban Biaq. This study used a qualitative method with a phenomenological approach. Data were collected by observation, interviews, and literature study. The result study explained that the person who was featured in the mythology of the tomb of Ramban Biaq did not die, but still alive and lived in another world. The other myth was that this tomb can grant a pray to Faqihp>Pakis people who live at the valley of Mount Merbabu is the representative of syncretic Javanese Muslims. As Muslims, they carry out the Islamic shari'ah. But as Javannese people, they perform Javanese cultural traditions such as shamanism. They practice it as a way to solve their life problems, such as to cure diseases, to find lost things, and to win the competition in the selection of certain positions. By using a qualitative approach, the study found a character positive change as a result of consistently da’wah efforts by the preachers. They have implemented a kind of cultural da’wah, as a strategy to encourage the society to change their shamanism tradition gradually. The preachers realize that this tradition is dominant in the society, so that if they used a structural strategy of da’wah, social upheavals could happen among the society in which finally would fail the da’wah mission. *** Masyarakat Desa Pakis yang hidup di kaki Gunung Merbabu, merupakan reperesentasi umat Islam Jawa dengan karakter sinkretik. Mereka beragama Islam dan menjalankan syari’at-Nya, tetapi sebagai orang Jawa mereka melaksanakan tradisi dan budaya Jawa seperti perdukunan. Perilaku berdukun dilakukan masyarakat untuk menjalani kehidupan sehari-hari dan cara untuk menyelesaikan problem yang mereka hadapi. Seperti usaha untuk menyembuhkan penyakit, mencari benda-benda yang hilang, memenangkan persaingan dalam pemilihan jabatan tertentu. Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini menemukan gejala perubahan karakter itu yang positif sebagai hasil nyata dari upaya dakwah yang dilakukan secara konsisten dan da’i menerapkan dakwah kultural, sebagai strategi untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat dari berdukun secara perlahan. Da’i juga menyadari bahwa budaya berdukun cukup dominan di masyarakat,sehingga jika digunakan strategi struktural dikhawatirkan akan menimbulkan kegoncangan sosial di masyarakat. Pada akhirnya dakwah yang dilakukan akan menemukan Faqihp>Pakis people who live at the valley of Mount Merbabu is the representative of syncretic Javanese Muslims. As Muslims, they carry out the Islamic shari'ah. But as Javannese people, they perform Javanese cultural traditions such as shamanism. They practice it as a way to solve their life problems, such as to cure diseases, to find lost things, and to win the competition in the selection of certain positions. By using a qualitative approach, the study found a character positive change as a result of consistently da’wah efforts by the preachers. They have implemented a kind of cultural da’wah, as a strategy to encourage the society to change their shamanism tradition gradually. The preachers realize that this tradition is dominant in the society, so that if they used a structural strategy of da’wah, social upheavals could happen among the society in which finally would fail the da’wah mission. *** Masyarakat Desa Pakis yang hidup di kaki Gunung Merbabu, merupakan reperesentasi umat Islam Jawa dengan karakter sinkretik. Mereka beragama Islam dan menjalankan syari’at-Nya, tetapi sebagai orang Jawa mereka melaksanakan tradisi dan budaya Jawa seperti perdukunan. Perilaku berdukun dilakukan masyarakat untuk menjalani kehidupan sehari-hari dan cara untuk menyelesaikan problem yang mereka hadapi. Seperti usaha untuk menyembuhkan penyakit, mencari benda-benda yang hilang, memenangkan persaingan dalam pemilihan jabatan tertentu. Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini menemukan gejala perubahan karakter itu yang positif sebagai hasil nyata dari upaya dakwah yang dilakukan secara konsisten dan da’i menerapkan dakwah kultural, sebagai strategi untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat dari berdukun secara perlahan. Da’i juga menyadari bahwa budaya berdukun cukup dominan di masyarakat,sehingga jika digunakan strategi struktural dikhawatirkan akan menimbulkan kegoncangan sosial di masyarakat. Pada akhirnya dakwah yang dilakukan akan menemukan FaelasofaTujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan pengaruh ajaran Sunan Geseng bagi kehidupan keagamaan masyarakat di wilayah Grabag Magelang. Sunan Geseng adalah seorang tokoh agama atau disebut wali yang menyebarkan agama Islam di wilayah Grabag, Kabupaten Magelang yang sampai sekarang ajaran-ajarannya masih dilaksanakan oleh masyarakat di wilayah Grabag, yang diwujudkan dalam kehidupan keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah komplek makam Sunan Geseng. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengadopsi pola studi kasus. Data dikumpulkan dengan metode wawancara dan observasi. Hasil penelitian mengungkapkan beberapa fakta tentang kuatnya pengaruh ajaran Sunan Geseng terhadap kehidupan masyarakat Grabag Magelang. Contohnya, makam Sunan Geseng yang digunakan sebagai tempat wisata spiritual keagamaan, yang banyak dikunjungi para peziarah. Selain itu ada tradisi selikuran yang dilaksanakan setahun sekali pada malam ke-21 bulan Ramadhan di kompleks makam Sunan Geseng. Juga masih terdapat kegiatan keagamaan masyarakat yang menganut ajaran Sunan Geseng seperti tradisi slametan, gendurenan, methoan, dan tradisi-tradisi yang lainnya. Hal lain yang menarik adalah banyak pondok pesantren yang sistem pengelolaan maupun pengajarannya serupa dengan pondok pesantren rintisan Sunan Geseng. Hal ini membuktikan teori sentimen kemasyarakatan yang menyatakan bahwa peristiwa sejarah masa lampau dan peninggalan-peninggalan Sunan Geseng menjadi dasar sentimen objective of this research is to describe the influence of Sunan Geseng religious teachings on the society of Grabag, Magelang. Sunan Geseng is a religious figure or called wali who spreaded Islam in Grabag region, Magelang. His religious teachings are still implemented and hold by the society in Grabag region, living in Sunan Geseng cemetary area. The method used in this study is a qualitative research which also adopted the pattern of case study. Data was collected through interview and observation. Research results show the strong influence of Sunan Geseng’s religious teaching is apparent in Grabag, Magelang. Among the indicators are the use of Sunan Geseng’s cemetery as spiritual tourism site visited by people from many area. There is also selikuran tradition held annually at the 21st night of Ramadhan in Sunan Geseng cemetery area. There are also other rituals like slametan, gendurenan, and methoan. Another interesting thing is that many boarding schools still adopt the management system or learning process like those of Sunan Geseng. All of this enforce the society sentiment theory stating that historical memory in the the past and Sunan Geseng heritages are fondation for society sentiment. Jamhari JamhariThis article deals with the socio-religious traditions of Javanese Muslims practicing ziarah rituals-visit to sacred tombs. Ziarah practice, especially to sacred tombs of Muslim Sufis, is regarded ibadah pious acts. This article based on ziarah practice to Sunan Tembayat in Klaten, examines the notion of barakah god's blessing, one of the most salient aspects of ziarah ritual, in the frame of popular beliefs. Focusing on the presence of the diverse interpretations of barakah, it evaluates changes in the way in which Javanese Muslim understand religion as reflected in their interpretation of barakah. It is argued by people who practice ziarah that barakah is the most important value of ziarab. When visitors to sacred tombs perform certain rituals, such as reciting Qur'ân, dhikr, tahlil, and meditation in their ziarah, they ask for barakah from the wali. However, people differ in the way in which they explain what the meaning of barakah. Some argue that the barakah is god's reward pahala, transmitted through the wali. Other argues that the barakah derives from the wali, as he/she is close to c 2014 by SDI. All right aku telah melarang kalian berziarah kubur, maka sekarang berziarahlah kalian, karena ziarah kubur itu dapat berzuhud kepada dunia serta dapat mengingatkan alam akhiratRasulullah Dalam Suatu HadisDalam suatu hadis, Rasulullah bersabda yang artinya "Dahulu aku telah melarang kalian berziarah kubur, maka sekarang berziarahlah kalian, karena ziarah kubur itu dapat berzuhud kepada dunia serta dapat mengingatkan alam akhirat". HR. Ibn Majah.Sirojuddin, 40 Masalah Agama I, Pustaka Tarbiyah, Jakarta, cet ke-30Abbas Daftar PustakaDAFTAR PUSTAKA Abbas, Sirojuddin, 40 Masalah Agama I, Pustaka Tarbiyah, Jakarta, cet ke-30, G MuhaiminMuhaimin AG., Islam dalam Bingkai Budaya Lokal Potret dari Cirebon, Logos, Jakarta, 2001.
TRIBUNVIDEO.COM - Masyarakat Lombok punya tradisi unik saat melakukan ziarah ke Makam Loang Baloq, Kota Mataram, Nusa Tenggara
ďťżLOMBOK - Selain Islamic Center, Kota Mataram juga memiliki objek wisata religius makam Loang Baloq dan makam bintaro. Keberadaan dua makam emang sudah terkenal di Pulau Lombok. Di makam Loang Baloq disebutkan yang dimakamkan adalah Syekh Gaos Abdul Razak yang merupakan tokoh agama terbesar di Pulau Lombok yang datang dari Timur Tengah. Makam tersebut berlokasi di pinggir Pantai di Makam Bintaro adalah Syekh Saleh Sungkar. Makam Syekh Saleh Sungkar ini terkenal dengan sebutan Makam Bintaro karena berada di pinggir pantai kawasan Bintaro Kecamatan Ampenan. Sehingga dua makam tersebut dikeramatkan oleh sebagian warga di Pulau Lombok, dan selalu ramai dikunjungi peziarah, terutama pada Lebaran Topat ketupat dan musim karena itu saat ini pihak Disbudpar Kota Mataram sedang melakukan penataan terhadap kedua makam tersebut sehingga layak menjadi situs religi dengan anggaran sebesar Rp160 juta. untuk penataan jalan, menambah berugak atau rumah tempat peristirahatan, memperbaiki pintu makam, pengadaan air bersih serta fasilitas mandi cuci kakus. Selain dua makam tersebut, Disbudpar Kota Mataram juga telah menemukan 10 situs-situs bersejarah yang juga dapat dikembangkan menjadi wisata religius. Lima di antara situs baru yang ditemukan itu adalah Makom Dende Seleh di Ampenan, Masjid Bengak di Sekarbela, kemudian Makom Sunan Sudan di Monjok, Makom Titi Gangse di Sayang-Sayang dan Pura Meru di menjelaskan, ada perbedaan sebutan antara makan makom. Makam artinya ada jazad para tokoh agama yang dimakamkan di makam bersangkutan. Sedangkan makom ada tanda bahwa lokasi itu pernah diinjak atau dipegang oleh para pemuka agama di lokasi menjadikan makam dan makom tersebut menjadi situs religius, pihaknya sedang melakukan penataan dan mencari informasi terhadap sejarah awal asal usul makam dan makom itu sehingga pemerintah dapat menulis saat ini versi yang diceritakan oleh tokoh agama dan masyarakat setempat berbeda-beda, namun sebagian merupakan tokoh yang dimakamkan adalah tokoh besar agama dan adat di Kota Kota Mataram saat ini juga sedang menyusun asal usul dan sejarah dari situs-situs religius tersebut, yang nantinya setelah dilakukan koordinasi baik dengan warga setempat, tokoh agama dan tokoh masyarakat, asal-usul situs akan diterbitkan dalam bentuk buku, sehingga bisa menjadi panduan bagi wisatawan yang hendak berkunjung objek wisata religious itu, pihaknya akan mengimplementasikan sejarah tersebut dalam bentuk papan informasi yang diletakkan disetiap situs, dengan tujuan agar peziarah atau pengunjung bisa langsung mengetahui sejarah dari makam yang juga telah memasang petunjuk jalan yang menunjukkan dimana jalur-jalur yang harus dilalui ketika hendak berkunjung ke satu situs religious tersebut. "Untuk tahap awal kita sudah membuat penunjuk arah ke situs-situs religius itu," mendukung promosi wisata religius di Kota Mataram, pihaknya juga akan merekrut petugas atau juru kunci untuk situs religious, minimal satu situs satu orang. "Petugas ini juga sekaligus sebagai petugas kebersihan di seputaran makam tersebut, sehingga setiap peziarah yang datang dapat merasa aman dan nyaman saat berada di makam," demikian, ke depan retribusi untuk masuk ke situs-situs bisa lebih jelas, dan pemanfaatannya pun dapat lebih terarah. Selama ini pada situs-situs itu hanya ada kotak amal yang penggunaan dananya kurang tepat sasaran dan kurang transparan. sumber Antara
Diketahuiibu-ibu yang jualan tersebut berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). "Dari Lombok, Nusa Tenggara Barat," kata ibubernama Ana tersebut. Sesampai waktu pagi dan akan menjelang Destinasi wisata Lombok, Nusa Tenggara Barat NTB tak akan pernah habis untuk dikunjungi. Tidak hanya menyajikan panorama alam yang indah, budaya dengan kearifan lokal, serta sejarah. Termasuk destinasi yang unik satu ini Makam Nyatok. Bagi pengunjung yang senang berwisata religi dapat memasukan Makam Nyatok sebagai salah satu tujuan. Makam Nyatok yang berada di Lombok Tengah bagian Selatan, persisnya terletak di desa Rambitan. Makam Nyatok merupakan area pemakaman wali penyebar agama islam di Lombok khususnya bagian selatan. Makam ini sarat akan sejarah terkait perkembangan penyebaran islam di Lombok Tengah dan Lombok bagian Selatan. Setiap hari Rabu, Makam Nyatok selalu di banjiri oleh peziarah. Menurut penuturan para akademisi sejarawan NTB dan masyarakat sekitar sang wali Nyatok ini adalah orang yang luar biasa alim, beliau tak pernah berhenti berdakwah setiap harinya kecuali hari Rabu. Hari Rabu baginya adalah hari di mana beliau berada di dalam kampung atau dalam rumah fokus untuk menerima tamu yang datang pada beliau. Dari hari Kamis hingga Selasa kegiatan beliau adalah untuk menyebarkan agama Islam di Lombok bagian Selatan. Sedangkan untuk hari Jumat beliau keluar hanya untuk jumatan dan tidak mengadakan dakwah fokus beribadah, mungkin bisa di bilang seperti uzla dan khalwat. Berdasarkan sejarah tersebut, sehingga makam sang wali Nyatok hanya boleh di ziarahi pada hari Rabu saja. Diketahui Makam Nyatok memiliki luas 15 hektar dan terdapat beberapa makam lainnya serta satu makam inti yang merupakan makam wali Nyatok dengan hiasan batu nisan besar dan kecil dengan di kelilingi pagar kayu untuk menjaga dari para peziarah yang datang. Di luar makam wali Nyatok adalah makam para sahabat, kerabat sang wali. Nyatok sendiri berarti Nyata’ yang bermakna bahwa benar adanya terdapat makam seorang waliyullah pembawa agama Islam di Lombok bagian Selatan yang berasal dari tanah Arab. Masyarakat Lombok percaya beliaulah yang menyebarkan agama Islam di Lombok Selatan itu tercermin dari beberapa peninggalan yang menjadi bukti seperti, masjid kuno Rambitan, Gedeng lauk dan Gedeng daye seperti bangunan yang beratap dari anyaman, Al-Quran, Kelotok, benda yang berbentuk lonceng. Di makam inilah masyarakat berdoa, membaca ayat-ayat al-quran, meminta kelancaran hidup serta dimudahkan rezekinya. Setelah berziarah dan berdoa. Masyarakat sekitar yang datang beramai-ramai akan mengadakan begibung di area makam yang sudah di sediakan tempatnya. Begibung adalah sebuah tradisi makan bareng atau semacam makan besar beramai-ramai. Makanan dan lauk pauk sudah disiapkan dari rumah sehingga memudahkan para peziarah untuk langsung makan setelah selesai berdoa. Adapun rute menuju Makam Nyatok sebagai berikut. Peziarah dapat menuju jalur KEK pantai Kuta Mandalika dan sangat dekat dengan desa wisata Sade sehingga memungkinkan pengunjung cepat menemukan lokasinya. Sementara kalau dari arah Bandara Internasional Lombok jaraknya kurang lebih sekitar 11 kilometer via Jl. Raya Tanak Awu – Kuta Lombok, bila menggunakan kendaraan pribadi. Para pelancong bisa juga memakai jasa travel dengan tarif – per orangnya di sekitar area bandara. *5

Adadua titik yang menjadi lokasi penyelenggaraan yakni di Pantai Loang Baloq dan Makam Bintaro. Dipastikan animo masyarakat akan membludak sehingga persoalan keamanan menjadi hal penting.

- Makam Loang Baloq merupakan tempat wisata religi yang populer di Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Jika kamu pernah berkunjung ke Mataram dan jalan-jalan ke Pantai Tanjung Karang, lokasi makam berada tepat di seberangnya. Makam ini kerap kali menjadi tujuan bagi masyarakat tradisional Lombok yang ingin berwisata religi. Masyarakat biasanya datang ke makam pada momen-momen tertentu untuk berziarah disertai dengan berdoa. Baca juga Wisata Religi ke Samarinda, Melihat Al-Quran Berumur 3 Abad yang Ada di Masjid Shiratal Mustaqiem Menariknya, ada tradisi unik yang dilakukan masyarakat Lombok saat berziarah ke Makam Loang Baloq Di area Makam Loang Baloq, terdapat pohon beringin yang cukup besar dan dipenuhi dengan akar yang menjulur. Kolase Pintu masuk Makam Loang Baloq dan peziarah yang mengikat akar pohon beringin. Instagram/edoot1234 dan Nah, pohon beringin inilah yang menjadi letak keunikan dan daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Sebab, para pengunjung biasanya mengikat akar pohon beringin disertai dengan doa setelah selesai melakukan ziarah. Menurut laporan jurnalis Tribun Lombok, Sirtupillaili, biasanya yang datang dan mengikat akar adalah para pasangan. "Ketika ingin punya hajat untuk menikah, mereka pasti mengikat akar disini. Itu tradisinya," katanya. Selain itu, ada pula waktu-waktu tertentu bagi para pengunjung untuk mengikat akar pohon beringin di Makam Loang Baloq. "Pada hari-hari tertentu misalnya saat musim haji atau satu minggu setelah Idul Fitri, makam ini biasanya penuh dengan peziarah," ungkap Sirtu. Makam Loang Bolaq, destinasi wisata religi di Kota Mataram, Lombok. Instagram/lombokguide "Warga biasnaya membawa makanan atau sajian dari rumahnya, kemudian makan bersama di kawasan ini," tambahnya. Ia menegaskan bahwa tidak semua peziarah yang mengikat akar pohon di Makam Loang Baloq.
KabidHumas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan mengungkapkan satu korban penembakan di Pintu Tol Bintaro, Jakarta Selatan, meninggal dunia. Namun, Zulpan belum bersedia memberikan keterangan lebih jauh terkait kasus penembakan di Exit Tol Bintaro, Jumat (26/11/2021) pukul 19.00 WIB tersebut. Zulpan mengatakan, penyidik Polres Metro Jakarta
Laporan Wartawan Robbyan Abel Ramdhon LOMBOK BARAT – Makam Keramat Batu Layar, yang terletak di Kecamatan Batu Layar, Lombok Barat, merupakan makam yang menjadi tempat peristirahatan dua tokoh penyebar Islam, Syekh Said Zuhri dan Syekh Ali Al Haddad. Keduanya melakukan syiar Islam di pulau Lombok bersama sosok yang mereka kawal, yakni Syekh Sayyid Syarif Habib Abdurrahman Al Idrus Al Hadromi. Sejarah tersebut diketahui berdasarkan keterangan yang disampaikan H Bahril 53, orang yang bertugas menjadi Nazir penjaga makam di Makam Keramat Batu Layar, Sabtu 12/2/2022. Baca juga Sejarah Makam Keramat Batu Layar, Dari Batu yang Berlayar Hingga Penjaga Makam Turun-Temurun Baca juga Kisah Amaq Ambo 25 Tahun Rawat Makam Maulana Syaikh TGKH Zainuddin Abdul Madjid, Berharap Karomah Bahril telah melakoni profesinya sejak tahun 2010, meneruskan tradisi yang telah dilakukan keluarganya, yang juga merupakan para Nazir terdahulu. Dari penuturan Bahrir, makam yang berusia sejak abad ke-19 itu memiliki berbagai nilai historis. Dan berikut telah merangkumnya dalam 5 fakta Makam Keramat Batu Layar, Lombok Barat 1. Merupakan Lahan yang Diwakafkan H Bahril bercerita, dulunya makam tersebut merupakan milik buyutnya yang menjadi penduduk Batu Layar saat masih berupa itu bernama Kayaji, dan saat itu dialah orang pertama yang menyambut kedatangan para Syekh Sayyid Syarif Habib bersama dua pengawalnya saat menyebarkan Islam di wilayah pesisir Lombok Barat. Ketika dua pengawal sang habib meninggal, Kayaji mewakafkan tanah miliknya sebagai tempat peristirahatan mereka dan hingga kini menjadi makam dari dua pengawal tersebut. Sedangkan Syekh Sayyid Syarif sendiri menghilang secara misterius setelah sepeninggal dua pengawalnya. 2. Dijaga Secara Turun-temurun oleh Keluarga Nazir Nazir adalah penyebutan bagi orang yang ditunjuk untuk menjaga merupakan salah satunya. Ia bersama empat anggota keluarganya yang lain meneruskan tradisi keluarga mereka sebelumnya untuk menjadi Nazir dari Makam Keramat Batu Layar.

SemarakHDKD ke - 77, LPKA Loteng Laksanakan Giat Membersihkan Taman Makam Pahlawan; Sambut HDKD Ke-77, Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Lombok Tengah Laksanakan Kegiatan" Santunan Anak Yatim" Kunjungan Tatap Muka Dibuka Kembali, LPKA Loteng Tetap Layani Kunjungan Video Call

Lombok Barat - Keberadaan makam keramat di tengah laut Pantai Lembar, Lombok Barat memang jadi perhatian. Banyak peziarah berkunjung ke sini untuk itu berada di Desa Cemare, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, NTB, menjadi daya tarik para wisatawan dan peziarah. Makam tersebut dipercaya milik salah satu penyebar agama Islam asal Timur Tengah, Syekh di tengah laut yang dihiasi miniatur masjid kecil itu kerap didatangi warga yang hendak berziarah. Warga setempat kerap menyebutnya Makam Keramat Lembar. "Biasa minta doa selamat. Paling banyak itu mereka bawa anaknya minta agar mendapatkan hidayah jejak hidup dan semangat dari ilmu yang dibawa oleh Syekh Al-Baghdadi di Lombok," penunggu Makam Keramat Lembar, Baiq Aisah, Minggu 17/7/2022.Menurut Aisah, berdasarkan cerita yang dia dengar dari ayahnya, Syekh Al-Baghdadi dikabarkan meninggal dunia di salah satu daerah di Pulau Lombok dan dimakamkan di pesisir pantai Lembar. Aisah mengaku dirinya bersama almarhum ayahnya sudah puluhan tahun menjaga makam tersebut."Jadi ayah saya cerita ke anak-anaknya, Syekh ini kan yang menyebarkan agama Islam di Lombok. Makanya banyak orang-orang berziarah ke sini hanya untuk mendoakan beliau," Keramat Lembar Foto Ahmad Viqi/detikBaliSalah satu peziarah asal Kota Solo Jawa Tengah Ikbal 40 mengatakan sengaja datang ke makam keramat Lembar untuk mendoakan almarhum Syekh Al-Baghdadi. Dia mengetahui sejarah makam Keramat Lembar dari mulut ke mulut."Ya biasa mendoakan almarhum. Tidak ada minta-minta apa-apa. Sejarahnya kan dia salah satu kiyai yang menyebarkan agama Islam ke Pulau Lombok," diketahui, makam keramat ini sangat dekat dengan lokasi jalur kapal di Pelabuhan Gili Mas, Lembar. Saat air laut naik, sejumlah nelayan kerap menjaring ikan di depan makam tersebut. Sementara saat air surut, warga bisa mendekati makam keramat makam dari semenanjung Desa Cemare hanya sekitar 200 meter. Akses menuju ke makam bisa menggunakan jalur laut menggunakan sampan warga lokal maupun jalur rute menuju makam keramat Lembar bisa melewati akses jalan pesisir Pantai Cemare saat air laut sedang surut. Akses tersebut bisa dilewati menggunakan sepeda motor atau kendaraan roda empat melewati pasir Pantai Cemara. Untuk jalur darat hanya membayar retribusi masuk area wisata Desa Cemare. Biaya motor hanya dibandrol Rp dan mobil Rp kedua bisa sewa perahu nelayan yang ada di Dusun Ujat Ngering, Serumbung Desa Lembar Selatan. Biaya menggunakan perahu sekitar Rp 300 ribu untuk dua perahu. Isi penumpang per perahu maksimal 20 hingga 25 berziarah, pengunjung juga bisa melihat kapal penyebrangan lalu lalang. Tak hanya itu, pengunjung dapat menikmati kawasan hutan bakau yang ada di pesisir Pantai Cemare yang tak jauh dari makam tersebut. Jangan lupa membawa kamera untuk ambil gambar spot-spot terbaik di lokasi makam keramat ini sudah naik di detikBali dan bisa dibaca selengkapnya di sini. Simak Video "Seru-seruan Berenang di Kolam Penginapan Sumbawa" [GambasVideo 20detik] wsw/wsw
Sedangkanbapak gue (biasa dipanggil abi-red) orang Makassar yang lahir dan tinggal di Lombok. Jadinya bisa dianggap orang dari suku Sasak(?) Di rumah gue, gue rasa sih, pengaruh suku Jawa dan Sasak seimbang. Anak emak bapak gue ada 4. 2 mirip bapak gue, 2 mirip emak gue. Kita tinggal sama nenek dari emak gue, yang dimana beliau sangat Jawa sekali. MakamBintaro Ampenan, Mataram, Lombok. See more of Facebook
DiKota Mataram, rakyat biasanya akan dari merayakan Kebiasaan Lebaran Ketupat ke dua lokasi bersejarah, ialah Makam Bintaro serta Makam Loang Baloq dalam Tanjung Karang. Dalam aktifitas perayaan Lebaran Ketupat, Makam Loang Baloq yang berlokasi ampuh pada sebelah Pantai Tanjung Karang Mapak bakal penuh sesak oleh peziarah mulai pukul 07.00 pagi.
SejarahNasional (6) Seputar Kudus (10) Serba-Serbi (24) Teori Belajar (3) Video Pembelajaran (18) Kebumen SDN Kamal - Kulon Progo SD 3 Pangkalpinang - Riau SD 3 Pancor - Lombok Timur SD 1 Cihampelas - Bandung SDN Samudra Jaya - Subang SDN 12 Sragen SDN Rengel 01 Ditemukan Makam Kuno Peninggalan Kerajaan Demak Terutamaanak kecil. Apalagi ditengarai tanaman ini sudah cukup marak ditanam di wilayah kota. Mudah dijangkau anak-anak. Secara naif, bisa jadi babat habis di pekuburan Bintaro Ampenan sebab terkait status sebagai zona pemanfaat lahan makam. Dan dianggap vegetasi merugikan. Bintaro di berangus, tebang ludes.
SewaApartemen Puncak Dharmahusada Modern 2BR Living Apartment at Puncak Dharmahusada By Travelio harian, bulanan, Harga Terbaik Dengan Fasilitas Lengkap & Layanan 24 Jam. | Bisa Dicicil Banyak Promo Tersedia Pembayaran Transfer Layanan 24 Jam Pilihan Lengkap di Travelio
Pohonbesar, dengan akar tunjang yang menyolok dan bercabang-cabang. Tinggi total 4-30 m, dengan tinggi akar mencapai 0.5-2 m atau lebih di atas lumpur, dan diameter batang mencapai 50 cm. Bakau merupakan salah satu jenis pohon penyusun utama ekosistem hutan bakau. Daun tunggal, terletak berhadapan, terkumpul di ujung ranting, dengan kuncup
Sejumlahpemakaman di Kota Mataram seperti Makam Bintaro, Makam Loang Baloq, dan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karang Medain kerap dipadati pengunjung pada momen lebaran. Berdasarkan pantauan Inside Lombok, Jumat (14/5/2021), di hari pertama pascalebaran masih cukup banyak warga yang datang berziarah.
Liputan6com, Jakarta Kantor Imigrasi Kelas II TPI Singaraja, Bali mendeportasi warga negara asing (WNA) asal Kanada berinisial YB, karena melebihi masa izin tinggal atau overstay selama 100 hari. "Warga negara asing tersebut telah melebihi batas waktu yang diberikan selama 100 hari. Izin tinggal yang dimiliki WNA tersebut berlaku sampai tanggal 3 Juli 2021, sehingga yang bersangkutan kena
PemindahanMakam Nabi Menuai Kecaman >> sambungan dari hal A1 Dengan begitu, rencana pemindahan makam Nabi ini adalah suatu kejahiliyahan yang mengusik ketentraman umat Islam,"cetusnya
Merekamenilai bahwa pidato yang disampaikan oleh MQ di menit 31 dalam video tersebut dianggap menghina warga yang ziarah ke Makam Selaparang, Bintaro, Sekarbela, Loang Balok, Ali Batu, Batu Layar. Sekitarera 30-an sebetulnya palang pintu itu sudah ada di wilayah Jakarta, khususnya Jakarta Selatan. Begitu pun halnya di daerah Bintaro ini, namun sejak era 80-an kesenian palang pintu sudah jarang kedengeran lagi, karena orang-orang asli betawi di daerah Bintaro semakin jarang akibat banyaknya kaum urban dari daerah lain. Arti Pemangku dalam adat bali dan sejarah asal usul Pemangku. Pemangku merupakan golongan orang suci diantara para umatnya di dalam agama Hindu. Seperti dilansir dari mutiarahindu, Pemangku hampir serupa dengan Sulinggih hanya saja kedudukan serta kewajiban keduanya berbeda. Pemangku merupakan orang suci yang tergolong ekajati tctIuW.